SAJAK - MENGEJAR SEORANG BAYANGAN

Kulihat jalan-jalan sudah lagi tak seindah pertama kali aku berpijak pada tanah, di mana bunga mekar beriring di sepanjang sisi-sisi jalan yang selalu aku lewati dan lalui setiap waktu. Pepohonan yang dulu hijau kuat telah berubah menjadi seonggok kayu yang hanya bisa menunggu waktu untuk meruntuh kembali pada tanah. Kesedihanku sudah tak terbayang lagi hingga aku merasa bahwa kini aku sudah benar-benar mulai gila. Aku takut, aku hampa, aku kosong dalam dunia yang menyempitkan jalan pikiranku ini. Aku hanya bisa merasakan dunia yang gelap, dunia yang pengap, dan tarian asap cerutu yang meriang-riang dari neraka.

Dengan tragisnya kulihat alam mulai memutar memory lama yang terpampang lebar di layar raksasa yang diikat pada tiang tepat berhadapan pada kedua bola mataku. Aku merasa aku akan segera menangiskan darah setelah alam menunjukkan bagaimana aku dicabik-cabik oleh cinta semu, cinta semu yang diberikan oleh seorang wanita yang hanya memberikan aku bayangan dari dirinya. Dan pada akhirnya, aku melihat diriku mati mengenaskan membusuk dihinggapi oleh lalat-lalat akibat kebodohanku mengejar seorang bayangan.

Gelegak dunia tertawa setelah hempaskan aku jauh darimu, dan aku masih bertanya-tanya mengapa aku masih ada di dunia ini jika sekarang aku hanya sekedar roh yang telah mati dan tak mungkin bisa berbuat apa-apa lagi. Dalam penantianku di bumi ini, menunggu jawaban dari semua tanyaku, kualunkan seribu nada lagu untuk menghibur hatiku yang telah ditinggal jauh olehmu. Jauh ... Jauh kau pergi ...

Comments