Kulihat
jalan-jalan sudah lagi tak seindah pertama kali aku berpijak pada tanah, di
mana bunga mekar beriring di sepanjang sisi-sisi jalan yang selalu aku lewati
dan lalui setiap waktu. Pepohonan yang dulu hijau kuat telah berubah menjadi
seonggok kayu yang hanya bisa menunggu waktu untuk meruntuh kembali pada tanah.
Kesedihanku sudah tak terbayang lagi hingga aku merasa bahwa kini aku sudah
benar-benar mulai gila. Aku takut, aku hampa, aku kosong dalam dunia yang
menyempitkan jalan pikiranku ini. Aku hanya bisa merasakan dunia yang gelap,
dunia yang pengap, dan tarian asap cerutu yang meriang-riang dari neraka.
Dengan
tragisnya kulihat alam mulai memutar memory lama yang terpampang lebar di layar
raksasa yang diikat pada tiang tepat berhadapan pada kedua bola mataku. Aku
merasa aku akan segera menangiskan darah setelah alam menunjukkan bagaimana aku
dicabik-cabik oleh cinta semu, cinta semu yang diberikan oleh seorang wanita
yang hanya memberikan aku bayangan dari dirinya. Dan pada akhirnya, aku melihat
diriku mati mengenaskan membusuk dihinggapi oleh lalat-lalat akibat kebodohanku
mengejar seorang bayangan.
Gelegak
dunia tertawa setelah hempaskan aku jauh darimu, dan aku masih bertanya-tanya
mengapa aku masih ada di dunia ini jika sekarang aku hanya sekedar roh yang
telah mati dan tak mungkin bisa berbuat apa-apa lagi. Dalam penantianku di bumi
ini, menunggu jawaban dari semua tanyaku, kualunkan seribu nada lagu untuk
menghibur hatiku yang telah ditinggal jauh olehmu. Jauh ... Jauh kau pergi ...
Comments