Telah lama hubungan
antara Alim dan Kristina terjalin, tapi sampai hari ini tak ada seorang pun
yang pernah tahu kalau mereka berpacaran. Hari-hari yang mereka jalani di
kampus adalah hari-hari bagaikan tidak ada apa-apa di antara mereka berdua.
Alim sering bertanya
pada dirinya sendiri, apakah aku ini adalah pacarnya Kris atau bukan sih ?!
Tapi ia selalu saja takut membahas masalah tersebut kepada Kristina, karena ia
tahu bahwa Kristina akan meninggalkan dia jika ia menuntut perubahan dari
sikapnya Kristina, padahal Alim tidak mau kehilangan sosok Kristina yang
merupakan wanita idamannya tersebut. Kasihan, ya kasihan. Rasa kasihanlah yang
membuat Krsitina mau menjai pacarnya Alim. Bahkan Alim juga bukan seorang cowok
yang di luar kriteria wanita, beberapa di antara kriteria wanita dimiliki oleh
Alim. Pacaran hanya sebagai status, sedangkan rasa sayang dan cinta tidak
pernah diberi Kristina kepada Alim. Kristina benar-benar tidak peduli dan tidak
mau memperhatikan Alim, daripada kamu bersedih karena aku memutuskan hubungan
kita maka jalani sajalah sebagai resiko, itu adalah perkataan yang sering
dikatakan oleh Kristina kepada dirinya sendiri ketika ia bertemu dengan Alim di
kampus.
Seorang mahasiswa
cowok transfer pun masuk ke kampus sebagai hari pertamanya memulai kuliah di
kampus yang sama dengan Kristina dan Alim. Ia berjalan menuju ruang rektor,
semua mata perempuan melirik ke arahnya dan mengikuti terus ke mana cowok
tersebut pergi hingga hilang tak tercapai oleh mata untuk melihatnya. Saat
hendak memasuki ruang kelas, kebetulan sekali ia berada satu kelas dengan Alim
dan Kristina. Memulai pelajaran pertama, ia memperkenalkan dirinya dengan nama
Vadi. Dari belakang, Kristina mulai memiliki sebuah perasaan yang aneh ketika
melihat Vadi. Sepertinya ia menyukai Vadi, nampak dari cara ia menatap Vadi.
Saat kampus telah
usai, Kristina berusaha untuk menemukan Vadi. "Hei, Vadi", tegur
Kristina. "Eh, iya. Ada apa ?", tanya Vadi kembali. "Nggak
apa-apa kok, hanya ingin mengobrol sedikit saja, ngomong-ngomong kamu kenapa ya
pindah ke sini ?", lanjut Kristina. "Setahun lalu aku sempat berhenti
kuliah karena sesuatu hal dan sekarang aku ingin melanjutkannya kembali tapi di
kampus kalian ini yang sekarang menjadi kampusku juga", jawab Vadi. Dalam perjalanan
pulang tersebut, mereka berpisah di persimpangan jalan setelah sebelumnya
mereka telah banyak mengobrol. Kristina memiliki niat untuk mendekati Vadi, ia
kini benar-benar lupa bahwa ia masih memiliki pacar yaitu Alim meskipun ia
tidak pernah menganggapnya. Ketika mengetahui kekasihnya mulai mendekati Vadi,
Alim juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ia masih takut kehilangan Kristina yang
begitu ia sayangi dan cintai. Sama halnya ketika Alim dan Kristina berpacaran,
tidak ada seorang pun yang mengetahui. Dan sekarang begitu pula yang terjadi
dengan Vadi dan Kristina, tak ada seorang pun yang mengetahui bahwa keduanya
telah berpacaran walaupun akhirnya satu kampus mengetahui hal tersebut termasuk
Alim. Perasaan Alim begitu hancur mendengar hal tersebut, ia menangis di dalam
kesendiriannya, ia mengutuk apa yang telah terjadi dan bertanya mengapa ia
harus menerima nasib malang yang seperti ini. Padahal hubungan itu telah mereka
jalani hampir dua tahun.
Dalam sebuah
perjalanan menuju mall, sebuah tragedi menimpa Vadi dan Kristina. Motor yang
dipakai Vadi untuk membonceng Kristina tanpa sengaja menabrak sebuah truk yang
berada di depan mereka, diduga karena Vadi terlalu asyik mengobrol dengan
Kristina sehingga tidak sadar kalau sebuah truk sedang memotong jalan.
Alim langsung bergegas
berangkat ke rumah sakit untuk menjenguk Kristina, bertepatan di sebelah kanan
Kristina adalah meja dorong tempat Vadi berbaring. Tak lama kemudian seorang
wanita cantik datang ke tempat Vadi. "Aduh sayang, kenapa bisa begini ?
Tadi kamu bilang mau membeli sesuatu, eh kamu malah kecelakaan seperti
ini", kata perempuan tersebut kepada Vadi dengan nada sedih. Kristina
mendengar perkataan tersebut dengan sangat jelas meskipun ia tidak bisa
bergerak. Ia sengaja tidak membuka mata agar ia bisa mendengar kelanjutannya
dengan leluasa, ia masih sedang menahan diri.
Akhirnya Kristina pun
sadar bahwa ia adalah selingkuhannya Vadi, tragedi ini adalah pelajaran penting
baginya. Ini mungkin adalah sebuah karma dari Tuhan karena telah menganiaya
perasaan cinta yang tulus seorang laki-laki yang diberikan kepadanya. Ia bangga
kepada Alim karena Alim tetap bisa tegar meski hampir selama dua tahun dia
menjadi pacar yang tidak dianggap olehnya serta juga masih memiliki batin yang
kuat ketika Kristina menyelingkuhinya dengan pacaran pada Vadi. Beruntunglah
luka yang ada akibat kejadian tersebut tidak begitu parah, sehingga Vadi dan
Kristina hanya berada tiga hari saja di rumah sakit untuk dirawat.
Ketika Kristina telah
pulih maka untuk kali pertamanya ia mengajak Alim untuk membicarakan sesuatu
hal di sebuah cafe dekat kampus. Alim jelas saja mau, sepulang dari kampus pun
Alim langsung ke sana. Lima belas menit Alim menunggu sambil mengaduk-ngaduk
jus jeruk yang ada di depannya, Kristina pun tiba. "Maaf telat, tadi aku sudah
kembali ke rumah untuk berdandan terlebih dahulu agar aku bisa terlihat cantik
dan menawan di depan kamu, masa aku harus tampil jelek di depan pacar
sendiri", kata Kristina sambil tersenyum. Ada sesuatu yang aneh dengan
Kristina, ini tidak seperti biasanya, gumam Alim dalam hati. "Ah, kamu
bisa saja. Kamu itu selalu terlihat cantik setiap waktu kok", kata Alim
kepada Kristina. Banyak basa-basi pengantar kalimat inti yang akan disampaikan
oleh Kristina telah habis, sekarang adalah waktunya untuk membicarakan masalah
serius. "Alim, sebenarnya aku mengajak kamu ke sini karena aku ingin
meminta maaf. Selama hampir dua tahun kita berhubungan, aku tidak pernah
menganggap kamu sebagai pacar, tidak peduli, dan tidak perhatian sama kamu.
Maaf juga karena aku telah selingkuh dan menusuk kamu dari belakang, kini aku
tahu bahwa kamulah yang terbaik untukku, yang bisa setia dan tulus mencintaiku,
aku ingin kita memulai dari awal lagi dan aku akan mencoba untuk mencintai dan
menyayangimu", kata Kristina kepada Alim dengan wajah sedikit agak sedih.
"Ia, aku tidak apa-apa kok. Aku juga sudah memaafkan kamu dari awal dan
bahkan sama sekali tidak pernah marah pada kamu", balas Alim dengan sebuah
senyuman.
Sejak saat itu,
hubungan keduanya berubah drastis. Mereka menjadi pasangan paling mesra di
kampus. Sedangkan Vadi sudah tidak berkomunikasi lagi dengan Kristina sejak
Kristina mengetahui kedok busuknya Vadi tersebut. Terkadang manusia tidak akan
berubah dan sadar jika tidak diberi sebuah teguran yang keras.
SEKIAN
#YANLIS ALIM SANG PUTRA LASE
24 MEI 2013
Comments