Niscaya Raihan bisa
mendapatkan hatinya Christine. Remaja lelaki yang masih duduk di bangku kelas
IX SMP ini, berlari mengejar Christine yang tidak lain adalah adik kelasnya.
Diselimuti awan hitam dan gerimis yang terus membasahi tanah, Raihan tidak berhenti
mengejar Christine yang terus berlari menuju persimpangan jalan setelah sekolah
usai pada siang itu.
"Christine !
Berhenti !" teriak Raihan yang hampir beberapa jarak lagi dapat menggapai
tangan Christine. "Aduh, sakit ... !" jerit Raihan. Ternyata ia
terjatuh, kepalanya terbentur sebuah batu besar dan darah pun mulai bercucuran
dari pelipis Raihan. Suasana menjadi sangat mencekam karena hujan turun dengan
derasnya bersama suara guntur yang memberi irama dan nada mengerikan.
Jeritan Raihan membuat
langkah Christine seketika terhenti, tak ada orang lain yang berada di tempat
tersebut selain mereka berdua. Keduanya basah setubuh, bahkan cairan darah dari
pelipis Raihan bersatu bersama air hujan dan mengalir di sekitar Raihan
tergeletak. Christine menoleh ke belakang dan berteriak, "Raihan" !
Ia langsung berlari menuju Raihan dan membantu Raihan untuk berdiri setelah
tergeletak jatuh di jalan.
Suasana kini berubah
menjadi haru, mereka tetap berada di tempat Raihan terjatuh karena Christine
tidak kuat memapah Raihan untuk menuju tempat berteduh. Sebuah kalimat terucap
dari mulut Raihan, "Aku sangat serius mencintai kamu Christine, jangan
pernah pergi dariku". Setelah selesai berkata demikian, Raihan tidak
sadarkan diri lagi karena ternyata pelipisnya telah robek hampir sepanjang jari
kelingking. Christine bingung harus melakukan apa, beruntunglah seorang ibu
yang tiba-tiba melintas di tempat tersebut berhenti dan membantu mengangkat
Raihan ke dalam mobil miliknya. Mereka langsung bergegas menuju klinik terdekat
untuk menolong Raihan sebelum dia kehilangan banyak darah. Dalam perjalanan,
ibu tersebut menanyakan beberapa hal kepada Christine.
"Nak, kenapa dia
bisa terluka seperti ini ?"
Karena Christine
enggan untuk memberitahu yang sebenarnya maka dia pun berkata kepada ibu
tersebut, "Tadi kakakku tersenggol sebuah motor ketika kami menyeberang
jalan, bu. Tapi motor tersebut telah pergi dan tidak mau bertanggung
jawab". Christine mengakui Raihan sebagai kakaknya karena mereka memang
memiliki wajah yang begitu mirip, sehingga tidak ada rasa curiga dari ibu
tersebut. Apalagi tidak mungkin kalau Christine mengatakan yang sebenarnya,
bahwa Raihan sedang mencoba mengejarnya hingga terjatuh. "Tolong jangan
beritahu orangtua kami ya bu, aku takut kalau papa dan mama akan panik.
Sebelumnya terimakasih banyak atas pertolongan ibu kepada kak Raihan",
kata Christine kepada ibu tersebut saat sedang duduk menunggu lukanya Raihan
selesai dijahit oleh para perawat. "Ia nak, ibu mengerti maksud kamu.
Sekarang lebih baik ibu mengantarkan kalian pulang ke rumah karena hari sudah
semakin sore. Orangtua kalian pasti panik mencari-cari kalian berdua",
kata ibu tersebut kepada Christine. "Tidak bu, tidak usah. Nanti papa dan
mama akan lebih panik melihat kami berdua diantar oleh ibu, kami biasanya
pulang dengan naik bus," jawab Christine. "Baiklah nak, kalau begitu
ibu pulang duluan. Semua sangkutan pengobatan telah ibu selesaikan.
Berhati-hatilah kalian dalam perjalanan, semoga kakakmu lekas sembuh". Ibu
tersebut kemudian berpamitan kepada Christine dan kemudian pergi meninggalkan
Christine di ruang tunggu.
Setelah Christine
menunggu Raihan sadarkan diri beberapa saat maka akhirnya Raihan siuman dan
Christine pun mengajaknya pulang. Dia menemani Raihan untuk pulang karena arah
rumah mereka sejalan, jadi Christine memilih untuk pulang bersama Raihan. Di
dalam bus yang mereka tumpangi, mereka terlihat tidak saling berkata-kata
antara satu sama lain meskipun mereka duduk bersebelahan. Hampir 15 menit
berlalu, bus berhenti di depan rumahnya Raihan. Dengan kepala berbalut plaster
luka, Raihan turun dari bus dan memberikan ongkosnya kepada kernet. Tanpa
sepatah kata pun, Raihan bergegas masuk ke dalam rumah. Christine tiba-tiba
meneteskan air mata sebelum akhirnya bus juga sampai di depan rumahnya.
Malam pun tiba, wajah
kasak kusuk terlihat jelas terpampang di wajahnya Christine. Ia berpikir, bahwa
seandainya dia tidak pernah memiliki tujuan untuk mengorbankan Raihan dalam
pertaruhan tersebut, pasti kejadian siang tadi tidak akan pernah terjadi.
Christine bersama dengan Angel dan Risti telah membuat sebuah kesepakatan.
Bahwa dalam sebulan, mereka harus bisa mempunyai pacar yang akan diputuskan
setelah seminggu berjalan. Karena Christine tahu bahwa Raihan menyukai dia,
maka dia pun memilih Raihan untuk bisa menjadi korbannya agar dia tidak kalah
taruhan dengan Angel dan Risti. Dia tidak perlu melakukan berbagai cara untuk
membuat Raihan mau menjadi pacarnya, dia cukup mengatakan bahwa dia memiliki
perasaan kepada Raihan dan tanpa banyak basa-basi, Raihan pun mau menjadi
pacarnya Christine. Raihan tidak tahu bahwa dia hanyalah bahan permainan dan
korban dari sebuah pertaruhan antara Christine dan kedua temannya tersebut.
Hari demi hari semakin berlalu, selama seminggu Raihan semakin mencintai Christine
dan ingin serius dengannya. Setiap ada waktu kosong, Raihan selalu datang ke
kelas Christine untuk bercakap-cakap, membuat Christine tertawa, membantunya
jika ada hal yang Christine tidak tahu, dan berbagai hal lainnya sebagai tanda
cinta Raihan kepadanya. Raihan merasa bahwa dia adalah laki-laki paling
beruntung jikalau dia dan Christine bisa bersatu di pelaminan nantinya. Sungguh
tinggi mimpinya, hingga ia tidak sadar apa yang sedang terjadi.
Meskipun Christine
mulai merasa bersalah ketika melihat cinta tulus, serius, dan setia yang
diberikan oleh Raihan kepadanya tetapi ia tetap harus memutuskan Raihan pada
hari ketujuh. Karena memang Christine tidak pernah memiliki perasaan kepada
Raihan. Sungguh menyedihkan, ketika tepat pada hari ketujuh Christine
mendatangi Raihan saat jam istirahat. Ia langsung berkata kepada Raihan,
"Mulai hari ini kita putus, kita tidak punya hubungan apa-apa lagi".
Raihan terkejut dan matanya mulai berkaca-kaca, hampir saja ia mengeluarkan air
mata pada saat itu. Christine telah menang dalam pertaruhan, tapi ia juga telah
menyakiti perasaan orang lain demi sebuah kemenangan. Sungguh sakit perasaan
Raihan ketika mengalami hal tersebut. Itulah mengapa pada saat jam sekolah
telah usai, Raihan berusaha untuk bertemu Christine dan membicarakan tentang
keputusan Christine yang begitu tiba-tiba tersebut, tanpa ada api yang
menggumpalkan asap ke atas langit. Bagaimana tidak, perasaan Raihan tersebut
telah melebihi perasaan normal. Keinginannya untuk bersama terus dengan
Christine sangatlah besar hingga terasa sangat sakit baginya ketika dengan
spontan Christine datang membawa kalimat-kalimat keji itu padanya. Ya,
begitulah Raihan menyebut kata PUTUS sebagai kata KEJI.
Keesokan harinya,
Christine mendatangi Raihan karena ia merasa bersalah atas semua yang telah ia
perbuat. Mereka berdua mengobrol di bawah sebuah pohon yang ada di taman
sekolah, Christine menceritakan semuanya kepada Raihan hingga Raihan terkejut
dan bertambahlah kini rasa sakit hati yang bersemayam di dalam hatinya Raihan.
Tapi Raihan langsung memotong pembicaraan ketika Christine terus-menerus
meminta maaf kepada Raihan. "Sudahlah Christine, aku tidak marah. Aku tahu
kamu tidak pernah mencintaiku. Aku juga tidak akan mendendami kamu setelah aku
menjadi korban taruhan kamu dengan Angel dan Risti. Tapi, kamu harus tahu bahwa
aku sudah menyukai kamu sejak pertama aku melihat kamu. Semakin hari aku
semakin ingin memiliki kamu, hingga aku sangat bahagia ketika kamu mengatakan
bahwa kamu juga memiliki perasaan terhadap aku, tapi sayang kata-kata itu
hanyalah dusta untuk membuat aku percaya". "Rai, maafin aku",
kata Christine memotong perkataan Raihan dengan tiba-tiba. "Ia, aku sudah
memaafkan kamu kok. Kamu tidak usah sedih lagi. Ngomong-ngomong, apakah aku
masih punya kesempatan untuk kembali menjadi pemilik hatimu Chris' ?"
tanya Raihan sembari memberi sebuah senyuman. Christine sebenarnya ingin
berkata tidak, tapi karena ia merasa kasihan bila harus menyakiti perasaan
Raihan lagi maka terpaksa dia mengatakan bahwa dia mau kembali menjadi pacarnya
Raihan. Raihan tersenyum puas dan lega, hampir saja Raihan memeluk Christine
karena terbawa suasana bahagia tersebut.
Hubungan yang bertepuk
sebelah tangan tersebut yang didasarkan pada rasa kasihan pun berjalan selama
hampir 10 tahun. Setelah tamat SMP, Raihan melanjutkan pendidikannya di Bandung
hingga ia memperoleh sebuah pekerjaan di sana untuk menjadi manager
perindustrian setelah pendidikannya telah selesai semuanya. Sedangkan Christine
melanjutkan pendidikan di Sulawesi ketika ia tamat SMA dan bekerja sebagai
seorang manager bank. Kesetiaan Raihan untuk menjalin hubungan jarak jauh
sangatlah besar, ia bersihkeras setia kepada Christine dan tidak berpaling ke
hati yang lain. Ia berusaha menunutut ilmu untuk memperoleh pekerjaan yang
mapan sehingga Christine mau menikah dengannya, tapi di luar sana Christine
menyembunyikan kebohongan besar. Dia sudah punya pacar lain yang tidak
diketahui oleh Raihan, bahkan kini mereka akan segera menikah. Christine hanya
mengatakan kepada Raihan bahwa dia juga masih setia menunggu Raihan meskipun
mereka harus terpisah sangat jauh. Pekerjaan yang didapatkan oleh Raihan adalah
sebuah kontrak kerja yang tidak memiliki waktu untuk berlibur, itulah sebabnya
Raihan tidak pernah bisa pergi untuk menemui Christine. Sebenarnya, Raihan bisa
mengetahui bahwa Christine tidak mencintainya dari sikap Christine yang
mengatakan tidak punya waktu untuk pergi ke Bandung menemui Raihan. Tapi Raihan
tidak mau terlalu memikirkan hal tersebut, cintanya yang begitu besar membuat
ia sangat percaya kepada Christine tanpa ada rasa ragu sedikit pun.
Terakhir kali mereka
bertemu adalah ketika Raihan masih satu SMP dengan Christine, setelah itu
mereka hanya bisa berkomunikasi melalu jejaring sosial dan handphone saja.
Cintanya dan keinginannya untuk memiliki Christine, membuat ia semakin
bersemangat menjalani hidupnya.
Suatu saat, Raihan
menerima sebuah paket undangan yang disampaikan oleh tukang pos yang baru saja
sampai ke tempat kediamannya di Bandung. Ia melihat sampulnya, "ternyata
undangan pernikahan, dari siapa ya ?" gumamnya dalam hati. Ia begitu
terkejut ketika membaca nama mempelai yang tertulis di dalamnya. Christine dan
Vanta, itulah nama yang tertulis di dalamnya bersama sebuah photo pra-wedding
yang sangat mesra antara kedua mempelai. Raihan menangis, "Tuhan, apakah
dosa hambaMu ini hingga Engkau menimpahkan luka yang begitu dalam ini padaku
?". Tak henti-hentinya Raihan bersedih pada hari itu, ia merasa bahwa ini
adalah pengkhianatan paling besar yang pernah ia alami di dalam hidupnya. Ia
tiba-tiba berhenti menangis dan berkata dalam hati, "Harusnya aku tidak
bersedih, aku harus bisa tegar melihat dia bahagia. Bukankah aku mencintainya ?
Maka aku harus bisa bahagia jika dia bahagia". Sungguh besar rasa sabar
dan kekuatan hati yang dimiliki oleh Raihan, dia tidak putus asa melainkan
tetap bersemangat.
Ia kemudian mengambil
izin cuti dari kantor tempat ia bekerja dengan alasan bahwa adiknya akan segera
menikah dan ia sebagai seorang kakak wajib hadir. Direktur perusahaan tidak
bisa menahan hal tersebut karena itu adalah sebuah hal yang sangat
membahagiakan di dalam keluarga Raihan sehingga Raihan diberi izin untuk cuti
selama beberapa hari. Tiket telah selesai dipersiapkan oleh Raihan,
keberangkatan ke Sulawesi pun tiba. Penerbangan berlalu selama beberapa jam,
akhirnya pun ia sampai di Sulawesi. Ia mencari sebuah hotel yang letaknya dekat
dengan acara resepsi pernikahan Christine dan Vanta. Hari yang ditunggu-tunggu
pun tiba, Raihan dengan kemeja lengan panjangnya yang senada dengan wajah
tampannya pun terlihat sangat menawan. Semua mata wanita yang ada di tempat itu
menatap tajam ke arahnya, tidak ada kesedihan yang tampak di wajahnya. Yang
terlihat adalah raut wajah kebahagiaan, beserta sebuah kado. Kado yang ia bawa
itu pun ia berikan di tangan mempelai wanita dengan sebuah senyuman. Christine
bingung karena Raihan terlihat tidak sedih sama sekali, awalnya ia takut bahwa
Raihan akan datang dengan melakukan hal-hal yang nekat seperti membawa sebuah
bom untuk menggagalkan acara tersebut. Tapi yang terjadi malah sebaliknya,
Raihan datang membawa kebahagiaan dan senyuman. Tidak ada sepatah kata pun yang
terucap antara mereka, antara Raihan dan Christine. Raihan sengaja melakukan
hal tersebut agar Vanta tidak mengetahui siapa Raihan sebenarnya, agar Raihan
terlihat seperti undangan biasa.
Raihan mengikuti acara
hingga selesai, ketika Christine mencoba mencari Raihan di sekeliling
orang-orang yang ada di sana, wajah Raihan sudah tidak tampak lagi. Christine
berpikir bahwa Raihan telah pulang karena acara telah selesai. Ya, memang benar
Raihan telah pulang. Tapi bukan karena acara yang telah selesai, melainkan
karena ia tidak sanggup melihat Christine dimiliki oleh orang lain. Walaupun
begitu, ia tetap berusaha untuk melupakan Christine.
Tak perlu menunggu
lama, Raihan langsung kembali ke Bandung pada hari itu juga. Ia meninggalkan
semua luka dan kenangannya bersama Christine di tempat resepsi pernikahan
Christine dan Vanta berlangsung. Ia juga membuang semua harapan dan angannya
tersebut bersama angin yang berhembus ketika penerbangan dari Sulawesi kembali
ke Bandung. Meskipun Christine telah menjadi istrinya Vanta, tapi Raihan masih
menyimpan seribu cinta untuk Christine di dalam hatinya.
Mencintai adalah hak
semua insan, tapi berharap untuk memiliki orang yang kita cintai merupakan
sebuah keinginan yang tidak selamanya akan terwujud. Orang yang kita cintai
tidak selamanya bisa kita miliki karena belum tentu dia pun mencintai kita.
Yang harus ditekankan di dalam cinta adalah kebahagiaan, mencintai berarti
mampu untuk membuat orang yang kita cintai selalu bahagia meskipun kita tidak
bisa memiliki dirinya. Cinta jangan pernah menjadi penghambat langkah meraih
masa depan, tapi biarlah cinta menjadi sebuah acuan pendorong bagi kita untuk
semakin semangat dalam perjuangan meraih segala impian yang telah kita
rancangkan jauh-jauh hari.
SEKIAN
#YANLIS ALIM SANG PUTRA LASE
24 MEI 2013
Comments