Jadi anak-anak, setiap
molekul kehidupan itu adalah kumpulan senyawa-senyawa dari rajutan rangkaian
keadaan yang akan kita hadapi, bersatu menjadi molekul yang kita sebut sebagai
kejadian atau peristiwa. (Bel tanda sekolah telah usai pun berbunyi) Baik, karena
waktu telah sampai pada jadwalnya maka pelajaran Sastra Hidup untuk hari ini
kita sudahi sampai di sini. Selamat siang anak-anak, sampai berjumpa kembali
esok hari. Jangan lupa kerjakan PR yang telah bapak berikan. Semua siswa/i pun
pulang ke rumah mereka masing-masing, begitu juga dengan Ririn yang ada di
dinding sebelah luar kelas itu. Begitulah tiap hari rutinitas Ririn setelah
pulang mengantarkan ibunya ke pasar, membawa sebuah buku dan bersembunyi di
balik dinding untuk ikut belajar bersama anak-anak yang ada di dalam ruangan
tersebut.
Kehidupan yang serba
kekurangan membuat Ririn terpaksa tidak dapat bersekolah seperti anak-anak
lainnya yang seumuran dengan dia, sekarang sudah tanggal 30 Oktober dan dia
berharap di tahun ajaran baru dia dapat bersekolah kembali setelah berhenti
selama 2 tahun. Ririn membahas kembali pelajaran yang telah berhasil ia tangkap
pada hari itu, ia kemas, lalu ia simpan di dalam pikirannya.
Suatu ketika, seekor
ular mulai mendesis menjalar ke arah Ririn yang sedang mengintip pelajaran pada
saat itu. Ia tidak sadar bahwa seekor ular sedang berusaha memburu kakinya yang
terlihat penuh dengan darah segar sehingga ular tersebut sangat ingin
menancapkan giginya. Beruntunglah Ririn sempat melihat ada sesuatu yang sedang
bergerak ke arahnya, sehingga dengan spontannya dia langsung berteriak
"Aaaaaahhhh, ular ... Tolong". Semua siswa/i yang ada di dalam kelas
terkejut dan ribut mendengar ada suara minta tolong tidak jauh dari tempat
mereka berada. Suara itu memecahkan keheningan keseriusan anak-anak yang sedang
belajar. Tanpa pikir panjang, guru yang sedang mengajar di dalam ruang kelas
tersebut berlari ke tempat Ririn berada dan berusaha untuk mengusir ular
tersebut. Ririn menangis dan kemudian bergegas pulang ke rumah, guru tersebut
heran mengapa ada anak perempuan yang berdiri di sana sambil membawa sebuah
buku. Ketika ia bertanya kepada anak-anak yang sedang ia ajarkan pada saat itu,
mereka semua menuturkan bahwa anak perempuan tersebut bernama Ririn. Mereka
sudah tahu sejak awal bahwa Ririn selalu berada di sana untuk ikut belajar,
tapi karena mereka merasa iba dan kasihan maka mereka semua pun berpura-pura
tidak tahu. Setelah ia mengetahui semuanya, maka ia mempunyai sebuah ide untuk
membantu Ririn.
(Tok tok tok tok,
suara pintu yang berbunyi ketika guru tersebut mengetuk pintu rumahnya Ririn).
"Ia, sebentar", jawab seorang perempuan yang ternyata adalah ibunya
Ririn. "Maaf, apa betul ini rumahnya Ririn ? Tapi sebelumnya kenalkan saya
Yayan, guru dari SMA Setia 24" jelas guru tersebut. "Ya, benar pak.
Ada perlu apa ya bapak mencari anak saya ? Apakah dia telah berbuat sesuatu
yang salah ?", tanya ibu Ririn dengan perasaan mulai ketakutan. "Oh,
tidak bu, sama sekali tidak. Lebih baik kita duduk dulu, dan ibu tidak perlu
cemas. Tidak apa-apa kok bu, saya hanya ingin menyampaikan sesuatu", kata
Yayan dengan nada santai dibarengi dengan senyumannya yang manis. Yayan
kemudian menjelaskan maksud kedatangannya, ia menjelaskan semuanya dari awal
hingga pada kejadian yang terjadi di sekolah. Tak ada yang mengira, ternyata
Ririn sudah sedari tadi menguping pembicaraan tersebut. Ia tidak berani ke luar
dari kamar karena merasa sangat ketakutan telah membuat suasana belajar di SMA
Setia 24 menjadi ricuh. Tapi hatinya begitu lega ketika ia mendengar niat baik
dan tujuan utama pak Yayan, yaitu akan mengajar privat gratis kepada Ririn
seiap sore hari. Walaupun hanya beberapa pelajaran saja tapi Ririn sudah cukup
senang. "Ririn, nak ? Kamu ke sini sebentar nak !" teriak ibunya
Ririn dengan agak lembut. Ririn pun ke luar dari kamar dan berjalan kemudian
duduk di samping ibunya. "Kamu pasti sudah mendengar semuanya dari kamar,
sekarang ibu mau bertanya kepada kamu. Apakah kamu mau menerima niat baik nak
Yayan ini ? Ibu percaya kepadanya, jadi sebaiknya kamu terima saja tawarannya
daripada kamu harus bersembunyi-sembunyi tiap hari untuk ikut belajar",
tanya ibunya Ririn kepada Ririn sambil merangkul anak perempuannya tersebut.
"Ia bu, Ri Ri Ririn mau kok bu", jawab Ririn dengan tersipu malu.
Setelah pembicaraan
tersebut selesai, maka Ririn tidak terlihat lagi berada di dinding SMA Setia
24. Ia kini tinggal menunggu gilirannya untuk mendapatkan pelajaran dari pak
Yayan di rumahnya setelah selesai mengajar di sekolah. Pak Yayan tiba di
rumahnya Ririn namun Ririn masih terlihat agak sedikit malu-malu. Tapi pak
Yayan tidak terpengaruh dengan hal itu, hari pertama mereka awali dengan
perkenalan terlebih dahulu. Pertanyaan Ririn selama ini akhirnya terjawab,
mengapa ada guru yang masih sangat muda sudah bisa menjadi seorang guru.
Ternyata, pak Yayan adalah murid yang baru saja tamat dari SMA Setia 24. Tapi
karena kepintarannya, maka dia diminta untuk mengajar di SMA Setia. Jadi, pak
Yayan mengajar pagi hingga siang dan sorenya hingga malam ia harus kuliah. Biaya
kuliahnya ia ambil dari gajinya sebagai seorang guru. Saat Yayan tidak memiliki
kelas kuliah di sore hari, maka saat itulah jadwal Yayan untuk mengajar di
rumah Ririn. Ririn juga begitu terkejut mendengar umur mereka yang tidak
terpaut jauh, tanggal 24 Mei depan adalah hari di mana Yayan genap berusia 19
tahun dan sekarang Ririn berusia 17 tahun. Pantas saja pak Yayan ini masih
terlihat tampan dan berwajah cerah, gumam Ririn di dalam hati.
Hari demi hari pun
berlalu, yang semula dipanggil bapak kini lebih akrab dipanggil kakak oleh
Ririn. Siapa yang tahu dan telah menyangka, bahwa akibat mereka sering bertemu
di setiap sore maka diam-diam mereka saling menyimpan perasaan satu sama lain.
Wajar saja, tak ada pria yang tidak tertarik dengan gadis belia yang cantik
seperti Ririn. Dan tak ada juga perempuan yang tidak terpesona dengan wajah
tampannya Yayan. Setelah beberapa bulan berlalu, akhirnya tibalah saat bagi
Yayan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Ririn. Ririn awalnya begitu sangat
terkejut, dan ia tidak bisa menjawab tidak saat hatinya ingin mengatakan ya.
Akhirnya Ririn pun menjadi kekasihnya Yayan sekaligus guru privat baginya. Awal
pelajaran baru dimulai, Ririn akhirnya bisa bersekolah dengan bantuan biaya
dari Yayan. Hubungan keduanya pun selalu akur, hingga mereka akhirnya pun
menikah setelah keduanya mendapatkan pekerjaan yang cukup baik.
Ilmu tidak hanya
membuat kita menjadi orang jenius, tapi ilmu juga membuat kita pandai memahami
perasaan orang lain. Jangan pernah lelah mengejar harapan, karena harapan yang
disertai dengan keuletan, usaha, dan doa akan mendapatkan hasil yang maksimal
dan bahkan bisa memberikan hasil ekstra dari semua kegigihan tersebut. Semula
mencari ilmu tapi akhirnya juga mendapatkan cinta yang tulus sebagai hasil ekstra
dari usaha yang dilakukan dengan sepenuh hati.
SEKIAN
#YANLIS ALIM SANG PUTRA LASE
24 MEI 2013
Comments